.

Search This Blog

Membangun rumah sehat dengan pemilihan material yang tepat

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan minimal, yaitu :
  • Rumah yang memiliki jamban yang sehat
  • Sarana air bersih
  • Tempat pembuangan sampah
  • Sarana pembuangan air limbah
  • Ventilasi rumah yang baik
  • Kepadatan hunian rumah yang sesuai
  • Lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah
  • Konstruksi bangunan minimal yang diperbolehkan ( tahan gempa )
Membangun rumah yang sehat, tidak harus mewah dan mahal.
Membangun rumah sehat di Indonesia yang beriklim tropis lembab, memerlukan pemilihan bahan bangunan dan detil desain bangunan yang tepat.
Bahan bangunan yang dipilih tidak harus mewah, mahal atau bahan impor. Justru pemakaian bahan yang tepat guna, sesuai dengan permasalahan iklim tropis dan penanggulangannya, merupakan dasar yang penting untuk membangun rumah sehat.
Kriteria Bahan Bangunan secara umum
Bahan bangunan dari alam
  • Anorganik = batu alam, tanah liat, tras dsb. batu kali, kerikil, pasir, kapur, tras
  • Organik = kayu, bambu, dedaunan, serat, rumput dsb. bermacam-maacam kayu, bambu, rumbia, jiuk, alang-alang
Bahan bangunan buatan
  • bahan yang dibakar = batu merah, genting
  • Bahan yang dilebur = kaca
  • Bahan yang dikempa/diperes = conblock, batako
  • Bahan kimia dan petrokimia = plastik, bitumen, kertas, cat
Bahan bangunan logam
  • logam mulia emas, perak
  • Logam setengah mulia air raksa, nikel, kobalt logam besi besi, baja 
  • Logam non-besi aluminium, kuningan, perunggu
Bahan bangunan alam yang tradisional seperti batu alam, kayu, bambu, tanah liat, dan sebagainya tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan. Lain halnya dengan bahan bangunan modern seperti tegel keramik, pipa plastik, cat-cat yang beraneka macam warnanya, perekat, dan sebagainya. Siapa yang mengetahui proses pembuatan dan campuran bahan mentahnya?
  • Bahan Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali = kayu, bambu, rotan, rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapok, wol
  • Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali = tanah, tanah liat, lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam
  • Bahan bangunan buatan yang dapat didaur ulang = limbah, potongan, sampah, ampas, bahan bungkusan (kaleng, botol), mobil bekas
  • Bahan bangunan yang mengalami perubahan transformasi sederhana = batu merah, conblock, batako, genting, buis beton, semen, beton tanpa tulangan
  • Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat perubahan transformasi = plastik, damar epoksi, produk petrokimia yang lain,
  • Bahan bangunan komposit = beton bertulang, pelat serat semen, cat kimia, perekat
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air.
Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air).
Bahan bangunan yang higroskopis (misalnya batu merah) kadang-kadang dapat mengikat banyak air. Satu m2 dinding batu merah yang diplester kedua sisinya mengikat rata-rata 66 liter air.
contoh :
Jumlah air yang digunakan untuk membangun sebuah rumah biasa (seluas 36 m2) ialah sekitar 28'000 liter ( tergantung kondisi batu bata yang dipakai ) yang harus menguap sebelum rumah tersebut dapat dianggap kering dan sehat untuk dihuni. Waktu penguapan air tersebut tergantung pada cara membangun, iklim, ventilasi, dan kelembapan udara setempat.
Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.

Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah harus dipertimbangkan.
Masalah padatnya penduduk dan ketidak pedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah. Berhubungan dengan hal di atas, maka para perencana harus bertanggungjawab secara moral terhadap kerusakan alam baik oleh kegiatan pembangunan maupun oleh penggunaan energi yang tidak dapat diperbarui.

Semoga bermanfaat.....!
Terima kasih..........!

0 comments:

Post a Comment